blog berisi artikel tentang pengetahuan,trendy dan inspiratif

test

Breaking

Post Top Ad

Your Ad Spot

My Blog List

Popular Posts

Thursday, February 25, 2021

Jejak kedatangan bangsa eropa di indonesia kepulauan maluku part 1

Portugis, bangsa eropa pertama masuk ke indonesia

Rempah-rempah Maluku telah melahirkan sejarah terbukanya gerbang perdagangan Indonesia dengan dunia. Pala dan cengkih menjadi komoditas utama yang dijual dengan harga tinggi pada masanya.

Pedagang dari Jawa, Melayu, Arab, dan China datang ke Maluku untuk membeli rempah-rempah tersebut. Kedatangan mereka sebaliknya membawa beras, tenunan, perak, gading, dan barang-barang lainnya.

Cerita mengenai rempah-rempah yang dijual dengan harga tinggi ini sampai hingga ke bangsa Eropa. Cerita tersebut datangnya dari para pedagang Arab di Jalur Sutra.

Mereka kerap menyebut tanaman dari Maluku yang dapat memberi cita rasa untuk segala jenis makanan. Bahkan, dipercaya mampu menyembuhkan beberapa jenis penyakit yang mewabah di Eropa pada masa itu.

Mengawali perjalanan bangsa Eropa untuk mencari keberadaan Kepulauan Maluku.



Kedatangan bangsa Eropa

Pada abad ke-15, perdagangan di Eropa didominasi oleh bangsa Spanyol dan Portugis. Demi memupuk kekayaan dan ekspansi wilayah kekuasaan, keduanya membuat Perjanjian Tordesillas.

Dalam perjanjian tersebut, bagian barat (benua Amerika) menjadi wilayah teritorial bangsa Spanyol, sementara di bagian timur (benua Afrika) menjadi wilayah teritorial bangsa Portugis.

Ketika pencarian rempah dimulai, bangsa Spanyol dan Portugis tetap berpegang pada Perjanjian Tordesillas. Daerah teritorial mereka menjadi titik awal pencarian kepulauan rempah itu.

Peta dan jalur pelayaran mulai disusun. Bartolomeus Diaz, Fransisco Serrão, Ferdinand Magellan, dan Francis Drake adalah tokoh-tokoh terkait yang tersohor pada masanya.

Ilmu kartografi pun berkembang secara masif dengan memadukan geografi, astronomi, survei, seni, dan teknologi pembuatan peta atau globe.

Pada tahun 1512, Portugis akhirnya berhasil menjadi bangsa Eropa pertama yang tiba di Maluku. Armada kapal tersebut berada di bawah kepemimpinan Kapten Franseso Serrão dalam ekspedisi Antonio de Abreu.

Menurut Tome Pires dalam Suma Oriental, Serrão tercatat sebagai orang Eropa pertama yang menginjakkan kakinya di wilayah Maluku. Tempat itu juga menjadi titik paling timur dalam perjalanannya.

Kedatangan Serrão di Maluku pun mendapat sambutan yang hangat dari penduduk. Sebab, orang-orang Portugis mampu beradaptasi dengan baik. Belum lama mereka tinggal, kepercayaan rakyat telah berhasil didapat.

Namun, semua itu tidak berlangsung lama ketika bangsa Portugis bukan lagi bertindak sebagai pendatang, melainkan sebagai koloni.

Rempah-rempah Maluku telah melahirkan sejarah terbukanya gerbang perdagangan Indonesia dengan dunia. Pala dan cengkih menjadi komoditas utama yang dijual dengan harga tinggi pada masanya.

Pedagang dari Jawa, Melayu, Arab, dan China datang ke Maluku untuk membeli rempah-rempah tersebut. Kedatangan mereka sebaliknya membawa beras, tenunan, perak, gading, dan barang-barang lainnya.

Cerita mengenai rempah-rempah yang dijual dengan harga tinggi ini sampai hingga ke bangsa Eropa. Cerita tersebut datangnya dari para pedagang Arab di Jalur Sutra.

Mereka kerap menyebut tanaman dari Maluku yang dapat memberi cita rasa untuk segala jenis makanan. Bahkan, dipercaya mampu menyembuhkan beberapa jenis penyakit yang mewabah di Eropa pada masa itu.

Bangsa asing yang pertama kali menginjakkan kakinya di Maluku khususnya Maluku Tengah adalah Portugis yaitu di Kepulauan Banda sekitar tahun 1512, dimana pelaut-pelaut Portugis dibantu oleh mualim-mualim Melayu yang memandu jalan lewat Jawa, Kepulauan Sunda Kecil dan sampai di perairan Maluku. 



Di tempat inilah pelaut pelaut Portugis melakukan transaksi perdagangan dengan penduduk asli Banda, berupa buah dan bunga pala serta cengkeh. Portugis sebenarnya lebih berminat kepada Ternate dan Tidore sehingga Pulau Banda diabaikan, hanya sekali-sekali saja Armada Portugis berlayar tiap tahun dari Gowa lewat Malaka kemudian singgah di Banda untuk mengangkut pala atau hanya sekedar menanti angin reda yang bertentangan arah sambil mengambil makanan dan air. 

Pada waktu Kapten Garcias mengadakan parade tentara di Banda, mereka mulai membangun sebuah benteng di Pulau Neira (Banda) tetapi tidak diteruskan. Setelah kedatangan Portugis baru kemudian disusul oleh bangsa lainnya yaitu Belanda, Inggris dan Spanyol. 

Di abad ke 18, misalnya, Belanda berperang dengan Portugis hanya untuk memonopoli rempah-rempah dari Maluku, di antaranya yang jadi primadona adalah pala dan cengkeh. Saat itu, harga pala dan cengkeh jauh lebih mahal dari harga emas di Eropa.



Dari sekian bangsa asing yang masuk ke wilayah Maluku hanya Belandalah yang paling berhasil menanamkan pengaruhnya baik dibidang poltik, ekonomi, budaya dan agama. Belanda yang muncul diperairan Maluku abad ke 16 mendapatkan tiga kekuasaan yang sedang saling berperang untuk merebut hegomoni atas kepulauan rempah-rempah (Maluku). Kesultanan Ternate sedang berperang melawan kesultnanan Tidore, sementara Ternate telah berhasil mengusir Portugis untuk mundur dari Ternate dan bercokol di Ambon (1575). Kekuasaan Belanda yang berwujud dalam VOC atau Kompania Wolanda, terjun dalam pergolakan perebutan kekuasaan dan berhasil mengusir Portugis dari Maluku (1605). 

Kemudian mulailah berperang dengan perebutan gudang rempah-rempah antara Belanda dengan para sultan di Maluku Utara, Inggris, Spanyol dan raja-raja di Maluku Tengah. Pada pertengahan abad ke -17 sekitar tahun 1650, Belanda telah berhasil membulatkan kekuasaannya di Maluku sesudah mengalahkan dan menghalaukan pesaingnya yaitu Portugis dan Inggris berturutturut di Ambon, Ternate, Bacan dan Banda, menaklukkan pedagangpedagang Indonesia di Maluku dan mengadakan kontrak-kontrak yang mengikat sultan-sultan dan raja-raja di seluruh Maluku. 

Dengan jalan mengikat raja-raja dan para sultan dengan perjanjian (kontrak) sebagai kunci monopoli dan ekspedisi-ekspedisi hongi, maka kebebasan rakyat dalam perekonomian terancam. Perkebunan cengkeh di Maluku Utara (pulau Ternate, Tidore dan Makian) ditiadakan dan dikonsentrasikan di Pulau Ambon dan Kepulauan Lease, sedangkan untuk perkebunan pala dikonsentrasikan di Kepulauan Banda. 

Usaha Kompeni Belanda untuk memperoleh hakhak monopoli mendesakkan pengaruhnya kepada penguasa-penguasa bumiputera. Kekuatan militer Belanda yang mengikuti perahu-perahu Kompeni dipakai untuk menakut-nakuti ataupun untuk mendesakkan tuntutannya kepada penguasa-penguasa bumiputera, sehingga lambat laut dapat dikuasainya. 

Untuk mendapatkan keuntungan-keuntungan sebanyakbanyaknya dalam perdagangan rempah-rempah itu Belanda melakukan tindakan-tindakan yang sangat memberatkan hati rakyat. Perintah penebangan pohon - pohon cengkeh apabila cengkeh dipasaran harganya menurun dan menanam kembali secara serentak apabila harga cengkeh mulai meningkat. Beban lain yang dipikulkan oleh rakyat adalah sistem penyerahan wajib hasil rempah-rempah kepada kompeni. Sistem ekstirpasi atau pemusnahan kelebihan pohon cengkeh dan pala di pulau-pulau tersebut dan tempat-tempat lainnya dengan jalan ekspedisi hongi membawa kesengsaraan yang sangat mendalam bagi rakyat. 

Perdagangan dan pelayaran rakyat dimusnahkan dengan jalan memblokade terhadap pedagang-pedagang rakyat. Armada pengangkutan rakyat dimusnahkan, sedangkan Kompeni Belanda dengan gencarnya melaksanakan monopoli produksi, perdagangan, pelayaran (pengangkutan), yang kesemuanya itu dapat mengundang peperangan secara besar-besaran selama suatu periode yang panjang.

Begitulah kurang lebihnya kondisi di Maluku pada saat berlangsungnya kekuasaan bangsa asing. Dengan itikad untuk menguasai seluruh tatanan kehidupan masyarakat Maluku utamanya di bidang perekonomian dan politik tentunya mereka akan menggunakan segala macam cara untuk mencapai maksud tersebut baik secara damai maupun dengan kekerasan (perang). Sebagai negara yang maju tentunya kondisi tersebut telah dipersiapkan terlebih dahulu misalnya dengan pendirian benteng-benteng, istana (rumah tinggal), persenjataan dan lain sebagainya. Sehingga sampai sekarang data-data sejarah tersebut masih dapat kita saksikan di hampir seluruh wilayah Maluku

 


No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.

Post Top Ad

Your Ad Spot

welcome to my world