Jika sejenak kita kembali ke era abad 16 dan melakukan perjalanan ke Belanda atau Spanyol atau Portugis dan ada orang yang bertanya darimana kita berasal dan kita jawab dari Maluku, mereka tentu akan memandang kita dengan terpesona. Saya membayangkan reaksinya adalah, “Waaah, Maluku itu sangat terkenal di sini. Kami sangat ingin berkunjung ke sana!” Bayangkan juga kira-kira bagaimana ekspresi Columbus yang alkisah katanya ingin menemukan Maluku namun ternyata ia justru mendarat di suatu negeri antah berantah yang jauh dari Maluku? Itulah Maluku di suatu zaman yang sekalipun dengan media komunikasi yang begitu sederhana namun mampu menggaungkan pesonanya dari belahan timur kepada negara-negara maju di belahan barat bumi ini. Bagaimana dengan Maluku sekarang ini di era globalisasi dimana dunia seakan tanpa batas dan dengan teknologi informasi yang berkembang pesat? Apakah Maluku masih dikenal dan menimbulkan antusiasme untuk dikunjungi?
Seiring dengan memudarnya pamor cengkeh dan pala sebagai emas hitam dari timur, eksistensi Maluku di dunia internasional mulai mengalami slow down. Dengan berakhirnya penjajahan di bumi seribu pulau ini, ke-primadona-an Maluku di dunia barat seakan mengalami antiklimaks. Benteng-benteng di berbagai wilayah yang sebelumnya merupakan pusat komando dan pemerintahan kolonial menjadi sepi dan perlahan-lahan hanya menjadi bangunan tua – saksi sejarah pendudukan bangsa asing, kalau tidak menjadi reruntuhan. Di satu sisi fakta tersebut menjadi kerugian bagi pertumbuhan ekonomi Maluku kala itu namun sesungguhnya kondisi tersebut membuka pintu kesempatan lainnya. Terbukalah peluang untuk pengembangan potensi lain, seperti pariwisata.
Setiap titik koordinat di muka bumi ini adalah unique, tidak ada duanya. Suatu wilayah sekalipun mungkin memiliki kemiripan dengan wilayah lainnya, pada hakikatnya adalah suatu keunikan tersendiri. Provinsi Maluku yang terdiri dari 11 kabupaten/kota dan ratusan pulau dengan karakteristik masing-masing wilayah membuat Maluku memiliki kekayaan budaya yang menanti untuk dikembangkan dan ditampilkan. Sebut saja Pulau Seram yang menurut data dalam Maluku Dalam Angka 2014 sudah berumur 3.000 juta tahun, berpotensi menjadi kawasan budaya yang akan menjadi rujukan orang untuk mempelajari kebudayaan asli Maluku. Masa kolonialisme juga memberikan pengaruhnya bagi kebudayaan Maluku. Akulturasi kebudayaan asli Maluku dengan budaya bawaan kolonialis nampak pada penggunaan bahasa, agama, kebiasaan dan teknologi yang mewarnai perjalanan sejarah Maluku selanjutnya.
Pengertian kebudayaan dalam Rancangan Undang-Undang tentang Kebudayaan adalah keseluruhan gagasan, perilaku, dan hasil karya manusia dan/atau kelompok manusia yang dikembangkan melalui proses belajar dan adaptasi terhadap lingkungannya yang berfungsi sebagai pedoman untuk kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Kebudayaan Nasional Indonesia adalah kebudayaan elemen bangsa di seluruh Indonesia dan kebudayaan baru yang timbul akibat interaksi antarkebudayaan untuk kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara yang sesuai dengan jati diri dan karakter bangsa. Kebudayaan Nasional Indonesia bertujuan untuk:
Pariwisata menurut UU Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, Pemerintah, dan Pemerintah Daerah. Kepariwisataan adalah keseluruhan kegiatan yang terkait dengan pariwisata dan bersifat multidimensi serta multidisiplin yang muncul sebagai wujud kebutuhan setiap orang dan negara serta interaksi antara wisatawan dan masyarakat setempat, sesama wisatawan, Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan pengusaha. Tujuan kepariwisataan meliputi:
a. meningkatkan pertumbuhan ekonomi;
b. meningkatkan kesejahteraan rakyat;
c. menghapus kemiskinan;
d. mengatasi pengangguran;
e. melestarikan alam, lingkungan, dan sumber daya;
f. memajukan kebudayaan;
g. mengangkat citra bangsa;
h. memupuk rasa cinta tanah air;
i. memperkukuh jati diri dan kesatuan bangsa; dan
j. mempererat persahabatan antarbangsa.
Mengembangkan kepariwisataan berarti memajukan dan meningkatkan kualitas hidup tanpa meninggalkan identitas yang dimiliki. Kepariwisataan menjadi solusi bagi usaha peningkatan taraf kehidupan sekaligus melestarikan dan memajukan kebudayaan.
Pariwisata telah menjadi salah satu leading sector dalam perekonomian nasional Indonesia. Tahun lalu, ketika perekonomian nasional menghadapi krisis global, ditandai dengan penerimaan ekspor turun tajam, kontribusi pariwisata mengalami peningkatan dari 10 persen menjadi 17 persen terhadap total ekspor barang dan jasa Indonesia. Daya saing pariwisata Indonesia juga terus membaik terutama untuk kategori budaya (culture and heritage), sumber daya alam (rich natural resources), dan harga (value for money).
Kepariwisataan secara umum mencakup 5 hal yang akan berkontribusi pada keberhasilan suatu destinasi wisata secara khusus dan kepariwisataan secara umum, yakni:
1. Atraksi. Setiap wisatawan yang melakukan perjalanan wisata pada hakikatnya termotivasi untuk mengunjungi atraksi-atraksi yang tersedia di tempat tujuannya berwisata. Inilah modal dasar pengembangan wisata suatu daerah. Ini jugalah peluang bagi Maluku yang kaya akan wisata alam dan wisata budaya. Akan tetapi hanya memiliki belumlah cukup. Setiap atraksi tersebut harus dikemas semenarik mungkin sehingga memiliki keunikan yang lain daripada yang lain. Misal, Tari Cakalele yang dianggap merupakan salah satu icon budaya Maluku juga dimiliki oleh provinsi saudara, Maluku Utara. Bagaimana menyajikan Tari Cakalele yang khas Maluku, inilah tantangan kita.
2. Akses. Bila telah menetapkan hati untuk berwisata ke suatu daerah, seorang turis membutuhkan informasi tentang akses transportasi dan komunikasi di daerah tersebut. Umumnya turis akan memilih mengunjungi destinasi wisata dengan aksesibilitas yang baik, apalagi bagi mereka yang ingin tetap terhubung dengan komunitas di daerah asalnya melalui media online. Inilah tantangan bagi Maluku dengan luas perairan ± 90 persen dan luas daratan hanya sekitar 10 persen, untuk bagaimana menyediakan moda transportasi dan jaringan telekomunikasi yang variatif dan reliable sepanjang tahun dengan informasi layanan dan tarif yang jelas dan terjangkau.
3. Akomodasi. Sebagai bagian dari infrastruktur kepariwisataan, akomodasi memegang peranan penting dalam upaya meningkatkan kontribusi pariwisata dalam struktur perekonomian Maluku. Destinasi wisata yang tersebar di seluruh Maluku harus bisa menyediakan akomodasi yang terjangkau untuk semua level wisatawan dengan ditunjang oleh sumber daya manusia yang handal.
4. Kenyamanan. Salah satu motivasi seseorang berwisata adalah untuk mendapatkan kenyamanan. Untuk menjadi daerah tujuan wisata utama kita harus mengkondisikan daerah kita dan penduduk kita dengan segala infrastruktur yang ada sedemikian hingga wisatawan pasti akan merasa nyaman berkunjung ke daerah kita.
5. Kesadaran. Bila sudah memiliki atraksi dengan segala keunikannya, akses yang berkualitas, akomodasi yang memadai, dan kenyamanan untuk dinikmati para wisatawan, namun tidak ditunjang dengan kesadaran akan pentingnya kepariwisataan bagi penggerak pertumbuhan ekonomi, maka semuanya menjadi sia-sia.
Pembangunan kepariwisataan merupakan investasi jangka panjang yang membutuhkan komitmen dan aksi nyata dari semua pelakunya dan seluruh masyarakat. Perlu menjadi catatan kita bersama, integrasi pelestarian kebudayaan Maluku dengan kepariwisataan bukan merupakan suatu isu baru. Hal tersebut sudah dan sedang terus dilaksanakan oleh para pemangku kepentingan.
dapat kita lihat pariwisata yang terdapan di maluku.
Ora Beach Resort merupakan akomodasi bertipe resort yang berlokasi di Desa Saleman, Seram Utara, Kabupaten Maluku Tengah, Maluku. Kamar di resort ini sebagian besar dibangun diatas permukaan laut, dikelilingi hutan tropis dan lautan luas. Lokasinya eksklusif, hanya bisa diakses melalui jalur air dengan dua kali pelayaran yang dilanjutkan perjalanan darat untuk menyusuri hutan. Sangat cocok menjadi tempat untuk menenangkan diri.
Jika anda dari Jakarta, setidaknya butuh waktu sekitar 9 jam untuk bisa tiba di Ora Beach Resort. Perjalanan dimulai dari Bandara Soekarno-Hatta menuju Bandara pattimura di Ambon, Maluku. Selanjutnya perjalanan menuju Pelabuhan Harnula di Tulehu selama 1 jam. Kemudian berlanjut dengan transportasi air selama 2 jam ke Pelabuhan Amahai, Pulau Seram. Belum selesai, dialnjutkan lagi dengan speedboat selama 2 jam ke Desa Saleman, tempat Ora Beach Resort berada.
Resort ini berada di Pulau Seram, menyelinap diantara Teluk Sawai dan tebing-tebing kapur Manusela yang indah juga eksotis. Terdapat delapan bungalo yang beratapkan rumbia. Dari dalam bungalo, pengunjung dapat menyaksikan pemandangan hamparan pasir putih dan air laut biru yang memukau mata. Tidak ada ombak, perairan di tempat ini sangat tenang karena letaknya diantara perbukitan.
Fasilitas Ora Beach Resort
Terdapat beberapa tipe kamar yang bisa dipilih, yaitu kamar darat, kamar gantung, dan kamar laut. Fasilitas yang disediakan diantaranya makanan dan minuman, shuttle bandara, layanan kebersihan harian, dan kamar keluarga. Tidak disediakan koneksi internet, listrik juga tidak setiap saat menyala, hanya pukul 18.00 hingga 06.00 saja. Itulah alasan kenapa tidak ada perabotan seperti televisi atau pendingin ruangan.
Harga mulai dari Rp.950.000 / $67,45 Masuk akal, mengingat lokasinya berada di pulau eksklusif di tengah hutan dan jauh dari keramaian pusat kota. Tapi tenang, banyak aktivitas menarik yang bisa dilakukan di resort ini, diantaranya adalah memancing, pijat,snorkeling, spa dan pusat kesehatan, berkano, dan bermain air di pantai.
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.