blog berisi artikel tentang pengetahuan,trendy dan inspiratif

test

Breaking

Post Top Ad

Your Ad Spot

My Blog List

Popular Posts

Wednesday, November 10, 2021

MAKALAH TINJAUAN AKUNTANSI DARI PERSPEKTIF ESTIMOLOGI

 


KATA PENGANTAR

 

Segala puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala karunia rahmat danhidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “TINJAUAN AKUNTANSI DARI PERSPEKTIF ESTIMOLOGI“ tepat pada waktunya. Adapun maksud dan tujuan dari pembuatan makalah ini yaitu untuk memenuhi tugas mata kuliah Filsafat ilmu pengetahuan.

Dalam hal ini saya menyadari bahwa pembuatan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan.Oleh karena itu,kritik dan saran yang membangun sangat dibutuhkan dari semua pihak dan dengan segala kerendahan hati semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi parapembaca dan semua pihak yang membutuhkan sehingga dapat memberikan sumbangan pengetahuan.

 

Ambon,4 November 2021

 

Usnida zakiyah amalina

 

 

 

 

 

 

 

 

DAFTAR ISI

 

KATA PENGANTAR...................................................................................

DAFTAR ISI..................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang............................................................

1.2  Rumusan Masalah.......................................................

1.3  Maksud dan Tujuan....................................................

BAB II PEMBAHASAN

2.1  Akuntansi dalam presfektif epistimologi.....................

2.1.1    Positivsm...........................................................

2.1.2    Rasionalism.......................................................

2.1.3    Empirism...........................................................

2.1.4    Critical...............................................................

KESIMPULAN.......................................................................

DAFTAR PUSTAKA..............................................................

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB I

PENDAHULUAN

1.1            Latar belakang

Ketika kita bicara tentang filsafat ilmu pengetahuan hal penting yang tidak boleh terlewatkan yang menjadi fokus perhatian adalah pertama, konsep diri (self) yaitu bagaimana seseorang memandang sesuatu terhadap realitas sosial yang ada (Khrisna, 2001; Ewest, 2015). Konsep diri inilah yang membedakan cara pandang seseorang terhadap apa yang akan dilakukan terhadap realitas sosial yang dihadapi. Misalnya didalam dunia perbankan bila dihadapkan kepada nasabah yang memiliki uang yang banyak dan berpotensi, seorang staf pemasaran berbeda cara pandangnya dengan seorang customer service atau auditor internal. Bagi seorang staf pemasaran, bila dihadapkan pada realitas sosial di atas maka yang ada di dalam pikiran seorang staf pemasaran adalah bagaimana caranya agar nasabah tersebut menanamkan seluruh uang mereka ke dalam rekenening bank mereka sehingga staf pemasaran tersebut akan tercapai target yaitu bagaimana mendapatkan nasabah dengan nominal besar sebanyak- banyaknya. Hal ini berbeda dengan seorang customer service yang targetnya adalah bagaimana memberikan pelayanan yang sebaik-baiknya kepada nasabah dengan nominal besar sesuai dengan standar pelayanan yang sudah ditetapkan sehingga dapat meningkatkan kepuasan nasabah meminimalisir komplain di kemudian hari. Sedangkan bagi seorang auditor internal yang ada di benaknya dalam melihat realitas ini adalah menekankan kepada apakah  uang  yang dimiliki nasabah sudah sesuai dengan transaksi yang wajar dalam arti transaksinya tidak dilakukan bukan transaksi yang mecurigakan dikaitkan dengan money laundry (Kulik, 2005). Hal ini wajar karena target seorang auditor internal perbankan adalah bagaimana bisa menemukan kasus-kasus yang mengarah kepada money laundry ataupun fraud yang terjadi di dalam transaksi nasabah.

Dari ketiga contoh profesi di atas maka sudah jelas bahwa konsep diri sangat menentukan di dalam melihat realitas sosial, kemudian bagaimana dengan konsep diri seorang akuntan? Pribadi atau diri seorang akuntan berbeda beda antara satu dengan yang lainya. Apa dan siapa diri seorang akuntan dan sesungguhnya menyadari siapa diri akuntan itu sendiri. Kesadaran diri yang melekat di diri akuntan yang akan membawa akuntan kepada jati dirinya, darimana akuntan dan kemana akuntan akan menuju itukah hakekat dari akuntan didalam menerapkan ilmu akuntansi di lingkungannya, baik di lingkungan kerja maupun di lingkungan masyarakat. Konsep diri seorang akuntan tidak terlepas dari ilmu akuntansi yang membawanya. Gotsis dan Kortezi (2008) menjelakan bahwa philosophy of science sangat mempengaruhi cara pandang seseorang di dalam melihat dan bertindak. Begitu pula dengan ilmu akuntansi tidak terlepas dari filsafat ilmu. Filsafat ilmu yang membuat ilmu tersebut lebih mengarah ke arah ilmu yang wise. Ilmu pengetahuan yang seperti apa yang merupakan ilmu yang benar dipelajari di dalam filsafat.

Pada penelitian ini penulis akan membahas bagaimana relevansi filsafat Ilmu pengetahuan yang dikaitkan dengan kajian praktik akuntansi dengan melihat akuntansi dari berbagai perspektif epistemology.

Berdasarkan uraian diatas, maka penyusun telah membuat makalah yang akan membahas materi mengenai hal tersebut. Makalah ini berjudul TINJAUAN AKUNTANSI DARI PERSPEKTIF EPISTEMOLOGI.

 

 

 

1.2            Rumusan masalah

a.     Bagaimana tinjauan Akuntansi dalam perspektif epistemologi?

1.3            Maksud dan tujuan

a.     Untuk mengetahui bagaimana tinjauan Akuntansi dalm perspektif epistemologi

 

BAB II

PEMBAHASAN

 

2.1            Akuntansi Dalam Perspektif Epistemology

Epistemologi adalah teori of knowledge yang diartikan sebagai teori pengetahuan yang benar. Epistemologi adalah cabang dari filsafat yang mengkaji tentang pengetahuan terutama dari segi apa yang dimaksud dengan pengetahuan, jenis-jenis pengetahuan dan asal mula pengetahuan (Suriasumantri, 1993). Ada beberapa aliran filsafat untuk memperoleh pengetahuan yaitu

2.2.1.     Positivism

berpendapat bahwa kepercayaan- kepercayaan yang bersifat dogmatis harus digantikan dengan pengetahuan yang berdasarkan fakta dan apapun yang berada di luar pengalaman tidak perlu diperhatikan. Dalam menemukan kebenaran, pendekatan positivist harus terukur, teramati, empiris dan bertujuan membuat generalisasi. Auguste Comte memberikan pemaknaan bahwa positivist menunjuk pada sesuatu yang konkret, pasti, jelas dan bermanfaat. Setiap ilmu bebas nilai (value free) dalam menghasilkan ilmu pengetahuan. Nilai-nilai lain seperti etika, moral dan spiritual tidak diperhatikan dalam aliran ini. Cara pandang dalam aliran inilah yang membuat manusia dengan asumsi homo economicus semakin bersifat materialistik. Contoh: Laporan Keuangan perusahaan semua diukur dengan materi. Setiap pos-pos yang terdapat di dalam Laporan Keuangan hanya difokuskan kepada berapa nominal yang diperoleh yang dihitung melalui statistik dan matematika. Laba sebagai ukuran kinerja dari perusahaan membuat para pelaku bisnis berlomba-lomba mengejar laba yang setinggi-tingginya dengan mengesampingkan nilai-nilai etika, moral dan spiritual dalam proses pencapaiannya. Yang ada dalam pikiran mereka adalah bagaimana meningkatkan laba yang setinggi-tinginya sehingga akan akan  terlihat “cantik” di dalam Laporan Keuangan perusahaan yang otomatis akan memberikan pengaruh (materi) kepada perusahaan atas penilaian investor, kreditor dan para penguna Laporan Keuangan lainnya. Terlebih asumsi manusia sebagai binatang ekonomi (homo economicus) yang selalu bersifat opportunistik, serakah dan tidak bermoral yang selalu memikirkan materi di atas segalanya akan menghalalkan segala cara dalam pencapaian laba. Kasus Enron yang membuat preseden buruk terhadap akuntan semakin mempertanyakan hakekat akuntan yang sebenarnya karena kasus yang terjadi bukan merupakan kecelakaan bisnis belaka tetapi merupakan bentuk keserakahan dari para akuntan yang sudah kehilangan jati dirinya yang lebih fokus pada materialistik (Kulik, 2005).

 

2.2.2.     Rasionalism

dimana aliran ini berupaya memperoleh kebenaran yang didasarkan pada logika. Segala pengertian, pengetahuan dan kebenaran bersumber dari akal, budi atau rasio. Kedaulatan rasio diakui sepenuhnya dengan sama sekali menyisihkan panca indra, sebab pengetahuan indera hanya menyesatkan saja. Menurut aliran ini semua ilmu berasal dari pemahaman intelektual manusia yang dibangun atas kemampuan berargumentasi secara logis. Bukan dibangun atas pengalaman empiris tetapi lebih pada pemaknaan empiris yang didukung oleh data empiris yang relevan. Dalam kenyataan ada pengetahuan tertentu yang bisa dibangun oleh manusia tanpa harus atau tidak bisa mempersepsinya dengan indra terlebih dahulu manusia bisa membangun pengetahuan. Bertitik tolak dari pandangan seperti ini, maka rasionalisme menempatkan akal adalah salah satu sumber ilmu pengetahuan dan dalam pandangan moderatnya berpendirian bahwa manusia memiliki potensi

mengetahui. Contoh: dalam pencapaian Laba perusahaan, aliran ini mengganggap bahwa laba terjadi karena ada pendapatan yang diperoleh perusahaan dan biaya yang dikeluarkan perusahaan. padahal kalau  kita mencoba menelaah lebih lanjut pencapaian laba perusahaan tidak terlepas juga dari “tangan-tangan Tuhan” misalkan doa yag selalu dipanjatkan karyawan untuk kemakmuran perusahaan atau kegiatan spiritual perusahaan misalnya kegiatan rutin berbagi dengan masyarakat sekitar perusahaan yang tidak mampu sebagai wujud rasa sukur atas laba yang diperoleh perusahaan dan kegiatan rutin spiritual lainnya. Nilai-nilai yang tidak rasional inilah yang tidak bisa dimasukkan ke dalam akal yang tidak diakui oleh para penganut rasionalism sehingga aliran ini akan membawa manusia kepada kebenaran ilmu yang sekuleristik dan atheistik.

2.2.3.     Empirism

dimana aliran ini berlawanan dengan rasionalism. Sumber pangkal pengetahuan bukanlah akal budi tetapi pengalaman atau indera. Aliran ini memandang bahwa filsafat tidak ada gunanya dalam hidup. Sedangkan yang berguna adalah ilmu yang diperoleh melalui indera (pengalaman). Atau dengan kata lain dalam memperoleh kebenaran adalah dengan meningkatkan pengalaman (indera) sehingga kebenarannya adalah aposteriori.

Pengetahuan diperoleh dengan jalan menggunakan dan membandingkan gagasan-gagasan yang diperoleh dari penginderaan dengan refleksinya. Berbeda  dengan positivist, akal manusia hanya merupakan tempat menampung yang secara pasif menerima hasil penginderaan manusia.

 Gejala-gejala alamiah bersifat konkret dan diungkap lewat penginderaan dan bila ditelaah lebih lanjut akan menghasilkan pengetahuan dengan karakteristik tertentu. Contoh: di dalam ilmu alam (natural science) secara indera manusia dan seisinya di bumi ini bisa berpijak karena ada gaya tarik gravitasi.

Begitu juga terjadinya fenomena alam tentang gerhana bulan, gerhana matahari dan lainnya bisa diungkap lewat penginderaan dan menghasilkan ilmu pengetahuan alam. Aliran ini memperoleh kebenaran ilmu dengan meningkatkan pengalaman dan indera misal manusia bisa berjalan di bulan merupakan hasil dari peningkatan ilmu melalui indera. Padahal semua kejadian alam dan semua yang ditangkap melalui indera sebenarnya adalah atas kuasa dari Tuhan. Hal-hal yang tidak nyata/konkret ini tidak diakui dalam aliran ini. Contoh lain dalam ilmu akuntansi missal pencapaian laba yang tinggi yang diperoleh perusahaan merupakan hasil dari strategi, leadership atau hasil kerja keras dari karyawan dan sebagainya yang bersifat nyata dan bisa diungkap lewat indera. Tetapi pencapaian laba yang tinggi sebenarnya juga hasil campur tangan Allah sebagai pemilik alam semesta ini atas rejeki yang dilimpahkan kepada makhluknya. Hal-hal yang tidak nyata yang tidak bisa diukur itu tidak diakui dalam aliran ini. Aliran ini hanya melihat hal-hal yang empiris saja sehingga ilmu yang didapat bisa memberikan kebenaran yang bersifat atheistik yaitu hanya memikirkan duniawi di dalam penerapannya.

2.2.4.     Critical

mencoba mengatasi perdebatan antara empirisme dan rasionalisme. Aliran ini berusaha menjawab persoalan pengetahuan. Salah satu tokohnya adalah Immanuel Kant. Menurut Kant, waktu dan ruang adalah dua bentuk pengamatan. Akal menerima bahan pengetahuan dari empiris (hasil pengamatan), bahan-bahan yang berasal dari pengamatan ini masih kacau, kemudian diatur oleh akal dalam bentuk pengamatan yakni ruang dan waktu. Bahan-bahan tersebut diurutkan, pengamatan merupakan permulaan pengetahuan, sedangkan pengolahan oleh akal merupakan pembentukannya.

Critical memandang bahwa realitas sebagai hal yang memang ada dalam kenyataan sesuai dengan hukum alam, namun menurut aliran ini sesuatu hal yang tidak bisa dirasio atau dilihat secara benar bagi manusia untuk melihat realitas secara besar hanya dengan melalui pengamatan manusia. Oleh sebab itu critical sangat menekankan konsep subyektifitas dalam menemukan suatu ilmu pengetahuan.

 

Kesimpulan

Berdasarkan pendekatan epistemologis, ilmu akuntansi keuangan telah banyak mengalami transformasi, begitu banyaknya sehinggakita berada di tengah-tengah salah satu yang terbesar sejak Pacioli menciptakan double-entrydalam akuntansi(King, 2006). Dalam aspek epistemology ilmu akuntasi menggunakan berbagai metode sesuai kebutuhannya. Contohnya metode induktif digunakan pada saat pengambilan keputusan dan metode positivism digunakan ketika akan membuat sebuah laporan keuangan.

No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.

Post Top Ad

Your Ad Spot

welcome to my world