Analisis Aspek Akuntansi
Keprilakuan Mempengaruhi Kinerja Perusahaan Jasa Kontruksi PT.WIKA
Disusun oleh
Nama : Usnida zakiyah amalina
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA
MALUKU
2021
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .......................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................
1.1. Latar
Belakang.....................................................................................................
1.2. Masalah
Penelitian..............................................................................................
1.3. Perumusan
Masalah............................................................................................
1.4. Tujuan
Kegiatan..................................................................................................
1.5. Manfaat
Penelitian..............................................................................................
BAB II LANDASAN TERITORIS................................................................................
2.1. Deskripsi
Teritoris..............................................................................................
2.2. Penelitian
Terdahulu...........................................................................................
2.3. Kajian
Teori Sesuai Variabel Penelitian..........................................................
2.4. Kerangka
Pemikiran............................................................................................
BAB III METODE PENELITIAN................................................................................
3.1. Pendekatan
Penelitian........................................................................................
3.2. Lokasi
Penelitian dan Waktu Penelitian..........................................................
3.3. Identifikasi
variabel penelitian.........................................................................
3.4. Devinisi
Konseptual Variabel Penelitian........................................................
3.4.1.Devinisi
oprasional variabel penelitian..........................................
3.5. Subjek
dan Objek Penelitian.............................................................................
3.6. Metode
Pengumpulan Data................................................................................
3.7. Uji
Kredibilitas Penelitian Kualitatif...............................................................
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar
belakang
Perkembangan
teknologi menjadi salah satu dampak dari perkembangan zaman. Teknologi selalu
mengalami perkembangan demi memenuhi kebutuhan manusia yang berkembang dari
waktu ke waktu. Begitu pun juga dengan akuntansi dimana perkembangannya sejak
dari zaman prasajarah sampai sekarang menunjukan bahwa manusia di zaman ini
telah mengenal adanya perhitungan. Seperti halnya kehidupan sehari-hari baik
secara sadar atau tidak sadar sesungguhnya kita telah menggunakan ilmu
akuntansi, mulai dari hal terkecil seperti mencatat pendapatan dan pengeluaran.
Penggunaan sistem akuntansi untuk mendapatkan informasi
keuangan yang baik dan berkualitas tidak lepas dari sumber daya manusia yang
dimana berperan untuk menjalankan sistem informasi. Hal tersebut tentunya
secara tidak langsung dapat meminimalisir terjadinya kesalahan-kesalahan dalam
pengelolaan serta pengoperasian sistem akuntansi.
Sumber
daya manusia yang dapat dikatakan berkualitas tentunya tidak hanya memiliki
skill yang baik melainkan harus memiliki perilaku yang baik juga. Perilaku yang
baik dapat dipengaruhi oleh motivasi dan sikap seseorang untuk mendorong dalam
melakukan tindakan. Perilaku karyawan merupakan salah satu faktor yang
berpengaruh dalam pencapaian tujuan organisasi atau perusahaan. Perilaku
karyawan secara tidak langsung akan mempengaruhi hasil dari laporan keuangan
yang menjadi tolak ukur pengambilan keputusan pihak external dan penggunanya.
Oleh
karena itu perlu adanya pertimbangan dari aspek keperilakuan dalam mendesain,
menganalisis, serta mengelola sistem akuntansi. Akuntansi keperilakuan
(behavioral accounting) merupakan bidang ilmu akuntansi yang menghubungkan
antara perilaku manusia dengan sistem informasi yang lingkupnya mencangkup
akuntansi keuangan dan akutansi manajemen (Supriyono, 2018:4)
Akuntansi
diimplementasikan dan dipraktikan tidak lepas dari masalah manusia sebagai
pelakunya, maka dari itu mempelajari dan memahami aspek perilaku manusia dalam
dunia akuntansi yang lebih dikenal dengan istilah akuntansi keperilakuan
(Behavioral accounting) merupakan hal yang sangat penting, Karyawan
yang tidak didasari dengan perilaku yang baik akan berpengaruh buruk terhadap
pekerjaan. Aspek keperilakuan yang terdiri dari aspek psikologi, dan psikologi
sosial khususnya sikap, persepsi, dan emosi karyawan,
Akuntansi
keperilakuan menyajikan informasi yang bersifat nonkeuangan. Informasi yang
diberikan dapat berupa motivasi, tingkat turnover, absensi, gaya kepemimpinan,
budaya organisasi, dan lain-lain, yang seringkali bersifat kualitatif (Kuang
dan Tin 2010). Sebagai bagian dari ilmu keperilakuan (behavioral science),
teori-teori akuntansi keperilakuan dikembangkan dari penelitian empiris atas
perilaku manusia di organisasi. Dengan demikian, peranan penelitian dalam
pengembangan ilmu itu sendiri sudah tidak diragukan lagi (Hudayati, 2002).
Suartana (2010:4) menyatakan bahwa aspek perilaku dalam akuntansi mencakup keseluruhan
bidang seperti akuntansi keuangan, akuntansi manajemen, akuntansi sektor
publik, akuntansi sistem informasi, dan pengauditan. Ia menggunakan akuntansi
keperilakuan dengan alasan diperlukannya pendekatan yang lebih integrative
untuk memahami akuntansi. Tidak hanya sekedar angka-angka saja, tetapi sesuatu
yang kompleks untuk itu diperlukan wadah yang bisa mengakomodasi kepentingan
tersebut. Dengan menggunakan label akuntansi keperilakuan (behavioral
accounting) muncul kekuatan baru sehingga dapat lebih menjelaskan dan
memprediksi fenomena-fenomena dunia nyata.
Behavioral
Accounting dapat dijelaskan oleh salah satu teori, yaitu attribution theory
(teori atribusi). Teori ini mempelajari bagaimana seseorang menginterpretasikan
suatu peristiwa, mempelajari bagaimana seseorang menginterpretasikan alasan
atau sebab perilakunya. Heider dalam Suartana (2010) mengargumentasikan bahwa
perilaku seseorang ditentukan oleh kombinasi antara kekuatan internal (internal
forces), yaitu faktor-faktor yang berasal dari dalam diri maupun exsternal
berasal dari luar.
Berdasarkan
uraian latar belakang diatas,salah satu hal yang harus diperhatikan oleh
perusahaan.Seperti pada kasus perusahaan PT.wika yang bergerak pada bidang jasa
kontruksi pembangunan jembatan meraah putik Kota Ambon telah ditemukan
Kehadiran serta dalam melaksanakan pekerjaan tidak tepat waktu,penggunaan
peralatan keselamatan kesehatan kerja k3 belum diterapkan secara baik olek
karyawan,melalui penelitian ini, peneliti berharap dapat membantu perusahaan
dalam menemukan hubungan yang konkrit antara perilaku karyawan PT.WIKA dengan perusahaan.
Peneliti juga berharap dapat membantu perusahaan dalam menciptakan Akuntansi
manajemen yang baik sehingga berdampak pada meningkatnya kinerja perusahaan.
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka peneliti perlu melakukan
penelitian lebih dalam dengan judul: “Analisis
Paspek Akuntansi Keprilakuan Mempengaruhi Kinerja Perusahaan Jasa Kontruksi
PT.WIKA”
1.2.
Masalah
penelitian
Berdasarkan
uraian pada latar belakang penelitian yang telah dibahas dapat diidentifikasikan
terdapat masalah dalam perilaku kinerja karyawan di PT.WIKA. Masalah yang
terjadi diduga akibat adanya indikator penerapan peralatan keselamatan
kesehatan kerja (K3) dan kedisiplinan dalam bentuk kehadiran karyawan yang
tidak tepat waktu. Berdasarkan uraian latar belakang penelitian di atas, dapat
diidentifikasikan permasalahan yang muncul antara lain:
1.
Keprilakuan Kinerja Karyawan
a. Kehadiran
karyawan yang tidak tepat waktu
b. Ketidak
tepatan waktu dalam bekerja
c. Penerapan
alat keselamatan kesehatan K3 tidak dengan baik
1.3.
Perumusan
masalah
Berdasarkan
uraian pada latar belakang penelitian yang telah di uraikan diatas dapat dirumuskan
masalah-masalah yang muncul pada penelitian yaitu sebagai berikut:
1. Apakah
keperilakuan karyawan berpengaruh terhadap kinerja perusahaan pada PT.WIKA?
1.4.
Tujuan
kegiatan
Tujuan dilakukan
penelitian ini adalah: untuk mengetahui dan meneliti hubungan perilaku karyawan
dengan Akuntansi keprilakuan mempengaruhi kinerja perusahaan pada PT.WIKA
1.5.
Manfaat
Penelitian
1. Hasil
penelitian ini terkait dengan kontribusi terhadap perkembangan teori dan ilmu
pengetahuan serta dunia akademis antara lain:
a. Penelitian
ini diharapkan dapat menambah wawasan pengetahuan peneliti serta menambah ilmu
baik dalam teori maupun praktek.
b. Penelitian
ini dapat digunakan sebagai studi perbandingan dan referensi bagi peneliti lain
yang sejenis.
2. Kegunaan
Praktis
Adapun hasil dari penelitian ini
diharapkan dapat memberi kegunaan yang dapat diuraikan sebagai berikut:
a. Bagi
Perusahaan
Penelitian ini dapat digunakan sebagai
masukan dan bahan evaluasi bagi pemimpin atau manajer perusahaan dalam rangka
menjaga dan meningkatkan kinerja dari karyawan.
b. Bagi
Peneliti
Hasil ini diharapkan menambah
pengetahuan dan pengalaman tersendiri dan dapat dijadikan bahan studi
perbandingan antara teori yang diperoleh selama mengikuti perkuliahan dengan
praktek yang bada selama penelitian.
c. Bagi
Pihak lain
Diharapkan dapat bermanfaat dan berguna untuk
memberikan informasi, menambah wawasan pengetahuan serta dapat dijadikan
sebagai bahan referensi untuk pengkajian topik yang berkaitan dengan masalah
ini selanjutnya.
BAB II
LANDASAN TERITORIS
2.1.
Deskripsi
Teritoris
2.1.1.
Pengantar
Akuntansi Keprilakuan
Akuntansi
perilaku (behavioral accounting) merupakan bagian dari disiplin ilmu akuntansi
yang mengkaji hubungan antara perilaku manusia dan sistem akuntansi, serta
dimensi keperilakuan dari organisasi dimana manusia dan sistem akuntansi itu
berada dan diakui keberadaanya. Dengan demikian definisi akuntansi keperilakuan
adalah suatu studi tentang perilaku akuntan atau non-akuntan yang dipengaruhi
oleh fungsi-fungsi akuntansi dan pelaporan.Menurut Siegel & Marconi (1989)
akuntansi keperilakuan mempelajari hubungan antara perilaku manusia dengan
sistem akuntansi. Sedangkan menurut (Lubis, 2017) bahwa akuntansi keperilakuan
mempelajari aspekaspek keperilakuan manusia yang berkaitan dengan proses
pengambilan keputusan ekonomi.
Konsep
keperilakuan dari psikologi dan sosial diantaranya sebagai berikut:
a. Sikap
: suatu hal yang mempelajari mengenai seluruh tendensi tindakan, baik yang
menguntungkan maupun yang kurang menguntungkan, tujuan manusia, objek, gagasan,
atau situasi.
b. Persepsi
: bagaimana orang-orang melihat atau menginterprestasikan peristiwa, objek,
serta manusia.
c. Nilai
: suatu modus perilaku atau keadaan akhir dari eksistensi yang khas dan lebih
disukai secara pribadi atau sosial dibandingkan dengan suatu modus perilaku
atau keadaan akhir yang berlawanaan.
d. Pembelajaran
: proses dimana perilaku baru diperlukan. pembelajaran terjadi sebagai hasil
dari motivasi, pengalaman, dan pengulangaan dalam merespon situasi.
e. Kepribadian
: aplikasi utama dari teori kepribadian dalam organisasi adalah memprediksikan
perilaku
lingkup
dari akuntansi keperilakuan dapat dibagi menjadi tiga bidang besar:
a. Pengaruh
perilaku manusia berdasarkan desain, konstruksi, dan penggunaan sistem
akuntansi. Bidang ini mempunyai kaitan dengan sikap dan filosofi manajemen yang
mempengaruhi sifat dasar pengendalian akuntansi yang berfungsi dalam
organisasi. Pihak-pihak yang bertanggungjawab dengan akuntansi sudah seharusnya
secara berkala melakukan evaluasi, apakah kebijakan-kebijakan maupun sikap dari
pihak manajemen sudah mendukung proses akuntansi atau bahkan menjadi hambatan,
baik secara teknis maupun psikologis.
b. Pengaruh
sistem akuntansi terhadap perilaku manusia. Bidang dari akuntansi keperilakuan
ini berkaitan tentang bagaimana sistem akuntansi mempengaruhi motivasi,
produktivitas, pengambilan keputusan, kepuasan kerja, serta kerja sama. Salah
satu contoh adalah adanya masalah sistem akuntansi dalam organisasi yang sering
diremehkan jika terjadi stagnasi alur informasi atau dokumen. Hal ini akan
sangat mengganggu kelancaran proses akuntansi, yang pada akhirnya akan
mengganggu proses pengambilan keputusan karena sulitnya mendapatkan informasi.
c. Metode
untuk memprediksi dan strategi untuk mengubah perilaku manusia Bidang ketiga
ini mempunyai hubungan tentang bagaimana cara sistem akuntansi dapat digunakan
sehingga mempengaruhi perilaku. Pada saat dibuatnya sistem akuntansi yang ideal
yang disesuaikan dengan kebutuhan sekarang, maka akan mengarahkan orang-orang
untuk memiliki sikap disiplin dan tanggungjawab untuk menyampaikan informasi
yang ada padanya dikarenakan kemudahan sistem dan feed back informasi yang baik
dan bermanfaat untuk unit atau bagiannya
2.1.2.
Motivasi
Kerja
Mangkunegara
(2002:94), “motivasi kerja merupakan kondisi yang mempengaruhi, membangkitkan,
mengarahkan, dan memelihara perilaku yang berhubungan dengan lingkungan kerja”.
Motivasi
seorang pekerja utuk bekerja biasanya merupakan hal yang rumit, karena motivasi
itu melibatkan faktor-faktor individual dan organisasional, menurut Gomes
(2003;181) faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi yang sifatnya individual
adalah kebutuhan-kebutuhan (needs), tujuan tujuan (goals), sikap (attidutes),
dan kemampuan-kemampuan (abilities). Sedangkan yang tergolong pada
faktor-faktor yang berasal dari organisasi meliputi pembayaran atau gaji (pay),
keamanan pekerjaan (job secuirity), sesama pekerja (co-worker), pengawasan (supervision),
pujian (praise), dan pekerjaan itu sendiri (job it self). Sedangkan menurut
Mangkunegara (2002:74) mengemukakan bahwa faktor yang mempengaruhi motivasi
kerja karyawan, yaitu:
a. Perbedaan
karakteristik individu meliputi kebutuhan, minat, sikap dan nilai.
b. Perbedaan
karakteristik pekerjaan. Hal ini berhubungan dengan persyaratan jabatan untuk
setiap pekerjaan, yang menurut penempatan pekerjaan sesuai dengan bidang
keahlian
c. Perbedaan
karateristik organisasi (lingkungan kerja) yang meliputi peraturan kerja, iklim
kerja, dan budaya kerja yang disepakati.
2.1.3.
Disiplin
Disiplin
Nitisemito dan Hasibuan dalam Widari (2016) menyatakan bahwa kedisiplinan
merupakan kesadaran dan kesediaan seseorang dalam menaati seluruh peraturan
sebuah perusahaan serta norma-norma sosial yang berlaku. Vania (2012) disiplin
kerja untuk peningkatan sebuah efisiensi semaksimal mungkin melalui cara
mencegah sebuah pemborosan waktu dan energi. Disiplin dapat mengatasi kesalahan
dan kecerobohan yang disebabkan karena kurang perhatian, ketidakmampuan, dan
keterlambatan (Halimah, 2018). Moekizat (2002) dalam Widari (2016) disiplin
dapat timbul karena dua hal yaitu: (1) Self imposed discipline, disiplin yang
muncul dari diri sendiri. Disiplin yang berasal dari diri sesorang pribadi pada
hakikatnya ialah suatu tanggapan spontan pada seorang pimpinan yang cakap dan
merupakan seperti halnya dorongan pada dirinya sendiri atau disebut motivasi,
dan (2) command discipline, disiplin yang diperintahkan. Artinya, yaitu
disiplin yang muncul karena kekuasaan yang untuk memperoleh pelaksanaannya
menggunakan cara “menakutkan” melalui peraturan-peraturan atau budaya yang ada
di dalam organisasi tersebut. Adapun sikap positif yang mendasari perilaku
disiplin menurut Halimah dkk, (2018) yakni:
1. Menunjukkan
kemampuan
2. Menunjukkan
keteladanan
3. Menunjukkan
keadilan
4. Menunjukkan
ketaatan hukum
5. Menunjukkan
ketegasan
6. Menunjukkan
adanya balas jasa
7. Menunjukkan
kehati-hatian dan Keandalan.
2.1.4.
Kinerja
Perusahaan
Definisi
Kinerja
Kinerja adalah istilah
umum yang digunakan untuk menunjukkan sebagian atau seluruh tindakan atau
aktivitas dari suatu organisasi pada suatu periode (Mulyadi, 2001 dalam Hanuma,
2011). Menurut (Mulyadi, 2007:328 dalam Nugrahayu dan Retnani, 2015), kinerja
perusahaan sebagai keberhasilan perusahaan secara keseluruhan dalam mencapai
sasaran-sasaran strategik yang telah ditetapkan melalui inisiatif strategik
pilihan. Kinerja perusahaan diartikan sebagai kemampuan perusahaan untuk meraih
tujuannya melalui pemakaian sumber daya secara efisien dan efektif dan
menggambarkan seberapa jauh suatu perusahaan mencapai hasilnya setelah
dibandingkan dengan kinerja terdahulu previous perfomance dan kinerja
organisasi lain benchmarking, serta sampai seberapa jauh meraih tujuan dan
target yang telah ditetapkan (Muhammad, 2008:14 dalam Nugrahayu dan Retnani,
2015). Kinerja adalah gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanan suatu
kegiatan/program kebijaksanaan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi dan visi
organisasi yang tertuang dalam perumusan skema strategis (strategic planning)
suatu organisasi (Wibowo, 2010:7 dalam Tahaka, 2013) Dari
berbagai definisi kinerja di atas dapat disimpulkan bahwa kinerja merupakan
perfomance atau penampilan atau hasil kerja seseorang maupun organisasi dalam
melaksanakan pekerjaan untuk mencapai tujuan serta dapat diukur dengan standar
yang telah ditetapkan selama
Pengukuran
Kinerja
Pengukuran kinerja
merupakan pendekatan sistematik dan terintegrasi untuk memperbaiki kinerja
organisasi dalam rangka mencapai tujuan strategi organisasi dan mewujudkan visi
dan misinya (Mahmudi, 2005:15 dalam Pratiwi dan Mildawati, 2014). Pengukuran
kinerja adalah salah satu faktor yang sangat penting bagi perusahaan karena
merupakan usaha memetakan strategi ke dalam tindakan pencapaian target tertentu
(Giri, 1998 dalam Dewi, 2015). Sistem pengukuran kinerja dapat dijadikan
sebagai alat pengendalian organisasi, karena pengukuran kinerja diperkuat
dengan menetapkan reward dan punishment system (Ulum, 2009 dalam Dewi, 2015).
Menurut (Horngren, 1998 dalam Dewi, 2015), pada dasarnya ukuran kinerja yang
baik mempunyai karakteristik sebagai berikut: 1) Berhubungan dengan tujuan
perusahaan 2) Mempunyai perhatian yang seimbang antara jangka pendek dan jangka
panjang 3) Menggambarkan aktivitas kunci manajemen 4) Dipengaruhi oleh tindakan
karyawan 5) Siap dipahami oleh karyawan 6) Digunakan dalam evaluasi dan
bermanfaat bagi karyawan 7) Bertujuan logis dan merupakan pengukuran yang mudah
2.2.
Penelitian
Terdahulu
Penelitian terdahulu
merupakan penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya.Penelitian tersebut
sangat penting untuk diungkapkan karena dapat digunakan sebagai sumber
informasi dan bahan acuan yang sangat berguna bagi penelitian ini.
Maka saya akan mencantumkan hasil
penelitian terdahulu sebagai berikut:
1. Hasil
penelitian Heriskianti Samant,(2021)
Penelitian
siti soufiatik berjudul “Analisis Aspek
Keperilakuan Terhadap Penerapan Sistem Akuntansi Persediaan pada Proyek Tol
Layang A.P. Pettarani, Makassar (Kantor PT. Wijaya Karya Beton,Tbk,”
Penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui apakah aspek keperilakuan sikap, aspek keperilakuan
persepsi, dan aspek keperilakuan emosi berpengaruh terhadap penerapan sistem
akuntansi persediaan pada Proyek Tol Layang A.P. Pettarani, Makassar (Kantor
PT. Wijaya Karya Beton, Tbk). Populasi penelitian ini adalah karyawan PT.
Wijaya Karya Beton Tbk, Makassar. Sedangkan sampel penelitian sebanyak 50
karyawan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode regresi
linear berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa aspek keperilakuan sikap
dan aspek keperilakuan persepsi berpengaruh positif signifikan terhadap
penerapan sistem akuntansi persediaan. Sedangkan aspek keperilakuan emosi tidak
berpengaruh terhadap penerapan sistem akuntansi persediaan. Hal ini disebabkan
karena perusahaan memiliki culture atau budaya yang baik dimana culture ini
menjadi landasan bagi para karyawan untuk bekerja berdasarkan sistem dan SOP
perusahaan yang telah ditetapkan sehingga tidak terdapat peluang untuk
memunculkan perdebatan yang bisa menimbulkan emosi.
2. Hasil
Hasil penelitian UMAR KUSUMA ATMAJA (2016)
Penelitian
UMAR KUSUMA ATMAJA berjudul “Pengaruh
Faktor Keperilakuan Organisasi terhadap Kegunaan Sistem Akuntansi Keuangan
Daerah di Kabupaten Klaten”
Penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui, menganalisa dan mendapatkan bukti empiris
tentang pengaruh factor keperilakuan organisasi terhadap kegunaan sistem
akuntansi keuangan daerah di kabupaten klaten sesuai Permendagri No. 64 Tahun
2014 Atas Perubahan Permendagri No.59 Tahun 2007. Penelitian ini dilakukan
menggunakan metode survey dengan kuesioner. Populasi penelitian ini adalah
semua kepala Sub bagian keuangan di kantor SKPD kabupaten Klaten. Analisis data
dilakukan dengan uji validitas dan reliabilitas, uji asumsi klasik dan
pengujian hipotesis dengan metode regresi linier berganda. Penelitian ini menggunakan
data primer dan diperoleh dengan menyebarkan kuesioner kepada 60 responden.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel Keperilakuan organisasi (dukungan
atasan, kejelasan tujuan, pelatihan) berpengaruh terhadap kegunaan sistem
akuntansi keuangan daerah. Hal ini menunjukkan bahwa dukungan atasan, kejelasan
tujuan dan pelatihan dapat mempengaruhi dalam mewujudkan kegunaan sistem
akuntansi keuangan daerah lebih baik dalam suatu instansi
2.3.
Kajian
Teori Sesuai Variabel Penelitian
2.3.1.
Penerapan
Akuntansi keprilakuan (X)
Akuntansi keperilakuan berada dibalik
peran akuntansi tradisional yang berarti mengumpulkan, mengukur, mencatat, dan
melaporkan informasi keuangan. Lubis (2017:32) pengambilan keputusan dengan
memanfaatkan laporan akuntansi keuangan dapat menjadi lebih baik hasilnya jika
laporan tersebut mengandung banyak informasi yang sangat relevan. Akuntan
mengakui fakta ini melalui prinsip akuntansi yang biasa dikenal dengan
pengungkapan penuh (full disclosure).
Aspek Akuntansi Keperilakuan
Ilmu akuntansi ini sangat penting untuk
diperhatikannya aspek-aspek yang berkaitan, beberapa di antaranya yaitu:
1.
Teori Organisasi dan Keperilakuan
Manajemen
Teori organisasi ini membahas tentang
komponen perilaku yang ada dalam perusahaan. Kemudian, teori ini juga membahas
tentang perilaku manusia yang menjadi dasar atas berbagai tindakan yang
dilakukan selama di perusahaan. Interaksi antar elemen juga kerap kali
mendukung untuk mencapai tujuan perusahaan ke depan.
Tujuan dari adanya organisasi dalam
perusahaan yaitu memperoleh hasil berupa proses dalam mempengaruhi setiap
elemen atau divisi. Hal ini nantinya juga akan menghasilkan motivasi serta
komitmen dalam organisasi perusahaan.
2. Penganggaran
dan Perencanaan
Aspek penganggaran dan perencanaan dalam
perusahaan juga harus diperhatikan dengan baik. Hal ini sangat berguna untuk
melihat interaksi antar masing-masing individu yang ada. Segala hal terkait
penganggaran, kesulitan dalam mencapai tujuan, serta konflik di perusahaan ini
merupakan sesuatu hal yang harus diperhatikan juga. Hal tersebut diharapkan
nantinya akan memperoleh keselarasan antara tujuan perusahaan dan masing-masing
individu. Dengan begitu, kedua hal yang selaras ini akan menjadi tombak dalam
pengembangan dan kemajuan perusahaan.
3.
Pengambilan
Keputusan
Terdapat
tiga (3) jenis pengambilan keputusan yang harus diketahui, yaitu model
normative, paradox, dan deskriptif. Model normatif ini merupakan suatu tindakan
pengambilan keputusan yang di ambil oleh seseorang karena keadaan yang
seharusnya untuk dilakukan itu.Lain halnya dengan model paradox yang membahas
kebalikan dari model normative, yaitu tindakan pengambilan keputusan yang tidak
sesuai dengan keadaan yang seharusnya. Kemudian, model deskriptif ini merupakan
tindakan pengambilan keputusan yang melihat keadaan seseorang dengan fakta yang
ada. Informasi yang di dapat inilah yang nantinya dijadikan sebagai dasar
informasi akuntansi.
4.
Pengendalian
Besarnya
nilai pengendalian ini berbanding lurus dengan perusahaan. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa tingkat pengendalian di perusahaan akan seimbang seiring
dengan laju perkembangan perusahaan. Aspek ini juga berhubungan dengan adaptasi
masing-masing individu terhadap lingkungan sekitarnya.Poin penting yang perlu
diperhatikan dalam aspek ini yaitu adanya struktur organisasi atau perusahan
yang jelas, hirearki administrasi, serta pengendalian internal. Hingga saat
ini, lingkungan menjadi kunci yang berperan dalam pengendalian selama kegiatan
operasional perusahaan.
5.
Pelaporan Keuangan
Aspek
perilaku yang berkaitan dengn pelaporan keuangan ini dapat berupa perataan
laba, informasi akuntansi yang andal, hingga informasi akuntansi kepada
investor.
2.3.2.
Kinerja
Perusahaan(Y)
Kinerja
merupakan perilaku organisasi yang secara langsung berhubungan dengan produksi
barang atau jasa. Informasi mengenai kinerja merupakan hal yang sangat penting
namun kenyataannya banyak organisasi yang justru kurang bahkan jarang ada yang
mempunyai informasi tentang kinerja karyawan. Menurut (Rivai dan Basri 2005)
kinerja adalah kesediaan seseorang atas kelompok orang untuk melakukan sesuatu
kegiatan dan menyempurnakannya sesuai dengan tanggung jawab dengan hasil
seperti yang diharapkan.
Kinerja
perusahaan adalah hasil dari kegiatan manajemen. Parameter yang sering
digunakan untuk menilai kinerja suatu perusahaan yang dilakukan dengan
menggunakan pendekatan di mana informasi keuangan diambil dari laporan keuangan
atau laporan keuangan lainnya.
Sehubungan dengan itu, pengukuran kinerja keuangan telah dilakukan oleh Rhoades
et al. (2002), dan Chaganti Damanpour (1991); Slovin dan Sushka (1993).
Penilaian kinerja bertujuan untuk menentukan efektivitas operasi perusahaan.
Hal ini dapat dilakukan dengan menggunakan metode atau pendekatan. Kaplan dan
Atkinson (1998: 551), kinerja non-keuangan, mengukur kinerja dengan menggunakan
satuan pengukuran non-keuangan. Informasi yang digunakan dalam mengukur kinerja
keuangan adalah informasi keuangan, akuntansi manajemen informasi, dan
informasi akuntansi keuangan seperti laba sebelum pajak, laba atas investasi,
dan sebagainya. Dalam kaitannya dengan pengukuran kinerja, Healy (1995)
menyatakan bahwa
pengukuran kinerja didasarkan pada kinerja pasar. Hal ini, menurut dia,
memiliki beberapa kelemahan seperti jumlah kejadian yang tidak terkontrol.
Ketidakpastian menyebabkan risiko harga pasar dan ini juga dapat menyebabkan
kondisi tak terkendali dan ini, pada gilirannya, memberikan umpan balik yang
tidak valid pada kualitas dan sejauh yang berkaitan dengan pengambilan
keputusan manajemen. Selain itu, penggunaan kinerja internal juga memiliki
kelemahan sebagai dasar pengukuran. Sebaliknya, kinerja internal manajemen
dapat dikendalikan sehingga manipulasi dasar pengukuran yang mungkin dilakukan.
Faktor-faktor
yang Mempengaruhi Kinerja :
a.
Efektifitas dan efisiensi
Bila suatu tujuan tertentu akhirnya bisa dicapai, kita boleh mengatakan bahwa
kegiatan tersebut efektif tetapi apabila akibat-akibat yang tidak dicari
kegiatan menilai yang penting dari hasil yang dicapai sehingga mengakibatkan
kepuasan walaupun efektif dinamakan tidak efesien. Sebaliknya, bila akibat yang
dicari-cari tidak penting atau remeh maka kegiatan tersebut efesien
(Prawirosentono, 1999:27).
b.
Otoritas (wewenang)
Otoritas menurut adalah sifat dari suatu komunikasi atau perintah dalam suatu
organisasi formal yang dimiliki seorang anggota organisasi kepada anggota yang
lain untuk melakukan suatu kegiatan kerja sesuai dengan kontribusinya
(Prawirosentono, 1999:27). Perintah tersebut mengatakan apa yang boleh
dilakukan dan yang tidak boleh dalam organisasi tersebut.
c.
Disiplin
Disiplin adalah taat kepda hukum dan peraturan yang berlaku (Prawirosentono,
1999:27). Jadi, disiplin karyawan adalah kegiatan karyawan yang bersangkutan
dalam menghormati perjanjian kerja dengan organisasi dimana dia bekerja.
d.
Inisiatif
Inisiatif yaitu berkaitan dengan daya pikir dan kreatifitas dalam membentuk ide
untuk merencanakan sesuatu yang berkaitan dengan tujuan organisasi.
Karakteristik Kinerja Karyawan :
Karakteristik
orang yang mempunyai kinerja tinggi adalah sebagai berikut (Mangkunegara,
2002:68):
1. Memiliki tanggung jawab pribadi yang tinggi.
2. Berani mengambil dan menanggung resiko yang dihadapi.
3. Memiliki tujuan yang realistis.
4. Memiliki rencana kerja yang menyeluruh dan berjuang untuk merealisasi
tujuannya.
5. Memanfaatkan umpan balik (feed back) yang konkrit dalam seluruh kegiatan
kerja yang dilakukannya.
6. Mencari kesempatan untuk merealisasikan rencana yang telah diprogramkan.
Indikator
Kinerja Karyawan :
Indikator
untuk mengukur kinerja karyawan secara individu ada enam indikator, yaitu
(Robbins, 2006:260):
1. Kualitas. Kualitas kerja diukur dari persepsi karyawan terhadap kualitas
pekerjaan yang dihasilkan serta kesempurnaan tugas terhadap keterampilan dan
kemampuan karyawan.
2. Kuantitas. Merupakan jumlah yang dihasilkan dinyatakan dalam istilah seperti
jumlah unit, jumlah siklus aktivitas yang diselesaikan.
3. Ketepatan waktu. Merupakan tingkat aktivitas diselesaikan pada awal waktu
yang dinyatakan, dilihat dari sudut koordinasi dengan hasil output serta
memaksimalkan waktu yang tersedia untuk aktivitas lain.
4. Efektivitas. Merupakan tingkat penggunaan sumber daya organisasi (tenaga,
uang, teknologi, bahan baku) dimaksimalkan dengan maksud menaikkan hasil dari
setiap unit dalam penggunaan sumber daya.
5. Kemandirian. Merupakan tingkat seorang karyawan yang nantinya akan dapat
menjalankan fungsi kerjanya Komitmen kerja. Merupakan suatu tingkat dimana karyawan
mempunyai komitmen kerja dengan instansi dan tanggung jawab karyawan terhadap
kantor.
2.4.
Kerangka
Pemikiran
Mengenai kerangka pemikiran atau
alur penelitian ini menjelaskan bahwa PT.WIKA jasa kontruksi pembangunan
jembatan mengalami permasalahan diantara lain kehadiran karyawan tidak tepat
waktu serta dalam melaksankan pekerjaan,dan penggunaan peralatan keselamatan
kesehatan kerja (K3) belum di terapkan secara baik oleh karyawan tersebut
merupakan variable yang kemudian akan dianalisa bahwa apakah terdapat hubungan
antara keprilakuan karyawan yang mempengaruhi kinerja perusahaan PT.WIKA.
BAB III
METODE
PENELITIAN
3.1.
Pendekatan
Penelitian
Rancangan
penelitian ini adalah studi kasus dengan menggunakan metode kualitatif untuk
mengkaji secara mendalam dari permasalahan perilaku karyawan dalam Akuntansi
keprilakuan yang mempengaruhi kinerja karyawan PT.WIKA
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini
adalah penelitian kualitatif studi kasus. Menurut Maxfield (1930), studi kasus
yaitu penelitian tentang status subyek penelitian yang berkenaan dengan suatu
fase spesifik atau atau khusus dari keseluruhan personalitas.subyek penelitian
dapat berupa individu, kelompok, lembaga masyarakat.
Metode
kualitatif berkembang ketika terjadinya perubahan terhadap paradigma dalam
memandang suatu realitas, fenomena, maupun gejala yang diamati. Saat terjadinya
perubahan paradigma tersebut, realitas sosial telah dipandang dan dipahami
sebagai hal yang holistik, kompleks, dinamis, dan penuh dengan pemaknaan,
Karakteristik
yang utama dalam penelitian kualitatif antara lain memfokuskan perhatian pada
kondisi yang bersifat alamiah, langsung kepada sumber data (primer/sekunder),
peneliti merupakan instrumen utama, penyajian data dapat berbentuk kata/gambar,
tidak menekankan pada bentuk angka, lebih mengutamakan proses daripada
produk/hasil, analisis data dilakukan secara induktif, serta menekankan
pemaknaan di balik data yang diamati oleh peneliti.
Peneliti mengunkan dokumentasi sebagai data, maka
dokumen atau catatanlah yang menjadi sumber data. Data
yang diperoleh kemudian diolah, dianalisis dan diproses lebih lanjut dengan
dasar-dasar teori yang telah dipelajari untuk menarik kesimpulan.
3.2.
Lokasi
Penelitian dan Waktu Penelitian
Lokoasi
Penelitian yang dilakukan oleh peneliti
yaitu pada PT.WIKA lembaga pengembangan jasa kontruksi (LPJK) provinsi
Maluku,kota Ambon.
Hal ini disebabkan lokasi penelitian
merupakan tempat yang menggunakan sistem manajemen keselamatan kerja tetapi
karyawanya belum menjalankan dengan baik.
Waktu
Penelitian
Penelitian yang dilaksanakan kurang
lebih 1 bulan dari pertama memperoleh data hingga penelitian selesai,ditambah
dengan waktu penambahan untuk perbaikan proposal dengan waktu paling terlambat
tanggal 17 Desember 2021.
3.3.
Identivikasi
Variabel Penelitian
Dalam penelitian ini
terdapat 3 variabel yaitu variabel independen (bebas),variabel intervening
(mediator) dan variabel dependen (terikat).
1.
Variabel
independen / bebas (X) adalah : Perilaku Karyawan dalam aspek Akuntansi
perilaku
Merupakan variabel yang dapat mempengaruhi variabel
intervening (mediator) dan variabel dependen (terikat),Adapun indicator
variabel bebas (X) terdiri dari :
a. Kehadiran
karyawan tidak tepat waktu
b. Pekerjaan
tidak tepat waktu
c. Penerapan
alat K3 oleh karyawan belum baik
1. Variabel dependen / terikat (Y)
adalah : Kinerja Perusahaan
Merupakan variabel yang dipengaruhi variabel
independen Adapun indicator kehadiran dan kinerja karyawan antara lain:
1. Mampu
menyelesaikan pekerjaan tepat waktu
2. Mampu
menciptakan target pekerjaan
3.4.
Devinisi
Konseptuan Variabel Penelitian
Definisi oprasional adalah suatu
definisi mengenai variabel yang dirumuskan berdasarkan
karakteristik-karakteristik variabel tersebut yang dapat diamati.
Adapun definisi
oprasional variabel penelitian dapat dilihat pada penjelasan dibawah ini:
1. Variabel bebas (X) Perilaku
Karyawan dalam aspek Akuntansi perilaku
Mempelajari pengaruh
antara perilaku manusia terhadap penggunaan sistem akuntansi,yang diterapkan
dalam perusahaan, yang berarti bagaimana sikap dan gaya karyawan dalan
menjalankan profesinya
2.
Variabel
terikat (Y) kehadiran dan kinerja karyawan
Semangat
kerja dapat diukur melalui absensi /presensi pegawai ditempatkerja, tanggung
jawabnya terhadap pekerjaan, disiplin kerja, kerja sama dengan pimpinan atau
teman sejawat dalam perusahaan,Untuk mengukur tinggi rendahnya semangat kerja
pegawai dapat melalui unsur-unsur semangat kerja tersebut yang meliputi :
Presensi (tingkat kehadiran),Disiplin Kerja, Kerja Sama, dan Tanggung Jawab.
Presensi merupakan
kehadiran pegawai yang berkenaan dengan tugas dan kewajibannya. Pada umumnya
instasi atau lembaga selalu memperhatikan pegawainya untuk dating dan pulang
tepat waktu sehingga pekerjaan tidak tertunda. Ketidak hadiran
seorang pekerja akan berpengaruh terhadap kinerja karyawan sehingga instansi atau
lembaga tidak bisa mencapai tujuan secara optimal.
Sedangkan kinerja karyawan adalah
suatu hasil kerja yang dicapai seseorang dalam melaksanakan tugas dan tanggung
jawab yang dibebankan kepadanya yang di dasarkan atas kecakapan, pengalaman,
kesungguhan dan waktu
Tabel 3.4.1
Devinisi Oprasional Variabel Penelitian
Variabel Penelitian |
Definisi Oprasional |
Indikator |
1.
Penerapan Alat Keselamatan Kerja K3 (X) |
Instrumen
yang memproteksi perusahaan pekerja,lingkungan pekerja dari bahaya kecelakaan
kerja |
-
Perlindungan Karyawan -
Alat perlingdungan diri (ADP) -
Mengurangi resiko kecelakaan kerja |
2.
Motivasi Kerja (Z) |
Keinginan
dalam diri seseorang yang menyebabkan orang tersebut bertindak dengan suatu
alasan untuk mencapai tujuan |
-
Jaminan keselamatan dan kesehatan -
Target yang di capai |
3.
Kehadiran dan Kinerja Karyawan (Y) |
Kehadiran
sebagai alat ukur tinggi rendahnya unsur-unsur semangat bekerja sedangkan
kinerja karyawan suatu hasil karya yang dicapai seseorang dalam melaksanakan
tugas dan tanggung jawab |
-
Kedisiplinan -
Kuantitas -
Kualitas -
Ketepatan Waktu |
3.5.
Subjek
dan objek penelitian
Dalam
penelitian kualitatif tidak menggunakan istilah populasi tetapi oleh Spradley
dinamakan “social situation” atau situasi social yang terdiri atas tiga elemen
yaitu:Tempat,pelakudan aktivitas yang berinteraksi secara sinergis,Situasi
social tersebut,dapat dinyatakan sebagai objek penelitian yang ingin diketahui
“apa yang terjadi”di dalamnya.
Dalam penelitian
kualitatif ini tidak menggunakan populasi, karena penelitian kualitatif
berangkat dari kasus tertentu yang pada situasi sosial tertentu dan hasil
kajiannya tidak akan di berlakukan ke populasi, tetapi di transferkan ke tempat
lain pada situasi sosial yang memiliki kesamaan dengan situasi sosial pada
kasus yang dipelajari.
Sampel
dalam penelitian kualitatif bukan dinamakan responden, tetapi sebagai narasumber,
atau partisipan, informan yang dapat di analisis olek peneliti,Sampel dalam
penelitian kualitatif, juga bukan disebut sampel statistic, tetapi sampel
teoritis, dalam penelitian ini sebagai sample/objek yang menjadi sampel
teoritis adalah data pada Lembaga Pengembangan Jasa Kontruksi (LPJK)
provinsi Maluku (PT.WIKA) mengenai penerapan peralatan K3 mempengaruhi
kehadiran dan kinerja karyawan,karena tujuan penelitian kualitatif adalah untuk
menghasilkan teori.
Jadi berdasarkan uraian
diatas peneliti memutuskan untuk menggunakan teknik pengumpulan sempel dengan
cara non-probability sampling,yaitu
seknik sampling yang tidak memberikan kesempatan atau peluang pada setiap anggota
populasi untuk dijadikan sampel penelitian.
Teknik non-probability sampling yang digunakan
adalah purposive sampling,Purposive
sampling adalah teknik sampling yang digunakan penelitian jika peneliti
mempunyai pertimbangan pertimbangan tertentu,Hasil penelitian tidak akan di
generalisasika ke populasi karena, pengambilan sampel tidak diambil secara
random. Hasil penelitian dengan metode kualitatif hanya berlaku untuk kasus
sosial tersebut. Hasil tersebut dapat di transferkan atau di terapkan ke
situasi sosial (tempat lain) apabila situasi sosial lain tersebut memilki
kemiripan atau kesamaan denan situasi sosial yang diteliti.
3.6.
Metode
Pengumpulan data
Metode yang digunakan adalah literature
review, yaitu literatur dikumpulkan dari berbagai sumber seperti buku,
jurnal, artikel ilmiah yang saling terkait.
3.6.1.
Sumber
Data
-
Data
sekunder
Data sekunder merupakan data yang diperoleh
secara tidak langsung melalui pengumpulan yang telah ada pada perusahaan PT.WIKA
Ambon . Data yang mengacu pada informasi yang dikumpulkan dari sumber yang
telah dikelola,serta bisa juga berasal dari sumber tertulis atau internet.
3.6.2.
Teknik
Pengumpulan Data
Tahap terpenting dari penelitian
adalah pengumpulan data.
teknik pengumpulan data merupakan
langkah yang paling strategis dalam penelitian,karena tujuan utama dari
penelitian adalah mendapatkan data,tanpa diketahui teknik pengumpulan data,maka
penelitian tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar data yang
ditetapkan,
Dalam penelitian kualitatif teknik
pengumpulan data dapat dilakukan melalui setting dari berbagai sumber,dan
berbagai cara salah satunya dokumentasi
-
Dokumentasi
Dokumentasi
dilakukan dengan cara pengumpulan beberapa informasi pengetahuan, fakta dan
data. Dengan demikian maka dapat dikumpulkan data-data dengan kategorisasi dan
klasifikafikasi bahan bahan tertulis yang berhubungan dengan masalah
penelitian, baik dari sumber dokumen, buku-buku, jurnal ilmiah, koran, website
dan lain-lain.Dokumen ini digunakan untuk memperoleh data yang berkaitan dengan
“Penerapan Alat Keselamatan Kesehatan Kerja (K3) mempengaruhi Kehadiran
Karyawan Dengan Motivasi Kerja Sebagai Variabel Intervening “dan data-data lain
yang berkaitan dengan penelitian ini seperti Studi Pustaka, yaitu mengumpulkan
data, informasi, dan teori yang relevan dari literatur dan hasil penelitian
terdahulu, dan jurnal penelitian untuk mendukung analisis dan pemecahan masalah.
3.7.
Uji
Kredibilitas Penelitian Kualitatif
Analisis data
kualitatif sesungguhnya sudah dimulai saat peneliti mulai mengumpulkan data,
dengan cara memilah mana data yang sesungguhnya penting atau tidak. Ukuran
penting dan tidaknya mengacu pada kontribusi data tersebut pada upaya menjawab
fokus penelitian. Di dalam penelitian lapangan bisa saja terjadi karena
memperoleh data yang sangat menarik, peneliti mengubah fokus penelitian. Hal
ini bisa dilakukan karena perjalanan penelitian kualitatif bersifat siklus,
Masalah yang telah ditentukan dalam
penelitian kualitatif kemungkinan dapat berubah ketika turun lapangan, hal ini
karena adanya hal yang lebih penting dan mendesak dari apa yang telah
ditetapkan atau adanya pembatasan hanya sebagian kecil saja dari apa yeng telah
ditentukan. Hal tersebut juga dapat terjadi pada saat observasi di mana situasi
sosial yang mempunyai karakteristik khusus yang berbeda dari apa yang telah
dirumuskan sebelumnya. Jika terjadi hal tersebut, untuk kaitannya secara
berkelanjutan, peneliti selalu melakukan pemeriksaan keabsahan data yang telah
dikumpulkan sehingga tidak terjadi informasi yang salah atau tidak sesuai
dengan konteks. Pemeriksaan keabsahan data dapat dilakukan dengan melakukan uji
kredibilitas (credibility).
Dalam
penelitian ini pendekatan yang digunakan adalah
melalui pendekatan kualitatif. Artinya data yang dikumpulkan bukan berupa angka-angka melainkan data tersebut berasal dari naskah wawancara
catatanlapangan dokumen pribadi subyek yang akan diteliti (bila ada) dan
dokumen resmi lainnya sehingga yang menjadi tujuan dari penelitian
kualitatif ini adalah diharapkan penelitian ini menggambarkan
realita empirik di balik fenomena secara mendalam merinci dan
tuntas yang terjadi dalam keluarga yangterbentuk dari suami dan istri beda
agama. Penggunaan pendekatan kualitatif dalam penelitian ini adalah dengan
mencocokkan antara realita empirik dengan teori yang berlaku
dengan menggunakkan metode
diskriptif.Adapun jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif.
Menurut
hitney dalam Moh.Nazir bahwa metode deskriptif adalah pencarian fakta dengan interpretasi yang
tepat. Penelitian deskriptif mempelajari masalah-masalah
dalam masyarakat serta tata cara yang berlaku dalam masyarakat
sertasituasi-situasi tertentu ermasuk tentang hubungan-hubungan kegiatan-kegiatan
sikap-sika pandangan-pandangan serta proses-proses yang
sedang berlansung dan pengaruh-pengaruh dari suatu fenomen Dikatakan penelitian
ini menggunakan pendekatan deskriptif karena yang akan diteliti adalah suatu fenomena
yang timbul dalam suatu perusahaan jasa kontruksi dimana penerapan peralatan
keselamatan kesehatan kerja K3 belum maksimal sehingga mempengaruhi motivasi
kerja yang berakibat kehadiran karyawan tidak tepat waktu serta dalam melaksanakan
pekerjaan lalu akan digali bagimana dampak yang diberikan atas masalah
tersebut apakah banyak ditemukan kesulitan.
I.
Hubungan
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dengan Motivasi Kerja
Keselamatan
dan Kesehatan Kerja adalah suatu kondisi kerja yang terbebas dari ancaman
bahaya yang mengganggu proses aktivitas dan mengakibatkan terjadinya cedera,
penyakit, kerusakan harta benda, serta gangguan lingkungan. Sedangkan motivasi
kerja merupakan faktor penting yang fungsinya sebagai faktor pendorong dalam
diri manusia atau karyawan yang diharapkan agar terarah atau tertuju untuk
mencapai semua tujuan kegiatan dalam sebuah organisasi.
Menurut
Mangkunegara (2002:162), “selain bertujuan untuk menghindari kecelakaan dalam
proses produksi perusahaan, keselamatan dan kesehatan kerja juga bertujuan
untuk meningkatkan kegairahan, keserasian kerja dan partisipasi kerja
karyawan”. Dengan meningkatnya kegairahan, keserasian kerja dan partisipasi
kerja karyawan maka dapat dipastikan motivasi dari karyawan akan meningkat.
Pemberian fasilitas-fasilitas pendukung (misal: perlengkapan dan peralatan
pelindung kerja) dan peraturan-peraturan mengenai keselamatan dan kesehatan
kerja di perusahaan sangat diperlukan dalam mewujudkan usaha-usaha meningkatnya
keselamatan dan kesehatan kerja.
Hubungan
antara keselamatan dan kesehatan kerja terhadap motivasi kerja karyawan
diperkuat lagi oleh pernyataan Yusuf et al (2012:139) bahwa keselamatan dan
kesehatan kerja terbukti dapat menciptakan rasa aman dan nyaman serta dapat
meminimalkan kemungkinanan kecelakaan. Rasa nyaman dan tidak memiliki rasa
takut pada kecelakaan akan membuat karyawan lebih termotivasi dalam bekerja dan
akan meningkatkan kinerja karyawan. Pendapat Yusuf et al (2012:139) juga sama
dengan apa yang disampaikan oleh Aditama (2002:104) yaitu, “adanya jaminan
keselamatan dan kesehatan kerja yang diberikan perusahaan kepada karyawan dapat
memberikan manfaat dalam menjaga kinerja karyawan”. Hal ini semakin menguatkan
bahwa dengan adanya jaminan keselamatan dan kesehatan kerja karyawan akan
merasa aman dan nyaman dalam melakukan pekerjaan, sehingga kinerja yang dicapai
karyawan juga terjamin karena adanya motivasi kerja yang tiggi pada karyawan.
Dari beberapa pernyataan diatas peneliti menyimpulkan bahwa perlindungan
keselamatan mempunyai tujuan untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja,
kecelakaan kerja menyebabkan kerugian baik langsung maupun tidak langsung
terhadap perusahaan, karena adanya kecelakaan kerja maka karyawan tidak dapat
bekerja secara optimal bahkan mungkin aktivitas karyawan menjadi terhenti,
sehingga motivasi kerja berkurang. Kesehatan kerja juga merupakan faktor yang
dapat meningkatkan motivasi kerja, dengan demikian terdapat pengaruh positif
antara keselamatan dan kesehatan kerja dengan motivasi kerja. Mengingat begitu
besarnya pengaruh keselamatan dan kesehatan kerja terhadap perusahaan, maka
setiap pengusaha atau perusahaan wajib untuk melindungi, memelihara dan
meningkatkan keselamatan dan kesehatan kerja karyawan.
II.
Hubungan
motivasi kerja dengan kinerja karyawan
Kinerja
merujuk pada fungsi kemampuan dan motivasi. Anda dapat menilai kinerja karyawan
dengan mengamati kemampuannya menuntaskan tugas yang diberi sesuai dengan
keahlian, keterampilan, dan motivasi.
Pengukuran
kinerja akan membawa Anda pada tiga indikator produktivitas kerja yaitu
kuantitas, kualitas, dan ketepatan waktu. Cermati kemampuan yang dimiliki
karyawan untuk menilai sejauh mana ia mampu mengerjakan tugas sesuai ketentuan
dan standar perusahaan. Kehadiran motivasi akan
merangsang karyawan untuk mengerahkan kemampuannya sehingga mampu menunjukkan
kinerja yang maksimal.
Menurut
Robbins (2008:222) motivasi sebagai proses yang menjelaskan intensitas, arah
dan ketekunan seseorang individu untuk mencapai tujuan. Berdasarkan pendapat
tersebut dapat disimpulkan bahwa;
a. Motivasi
kerja merupakan bagian yang urgen dalam suatu organisasi yang berfungsi sebagai
alat untuk pencapaian tujuan atau sasaran yang ingin dicapai,
b. Motivasi
kerja mengandung dua tujuan utama dalam diri individu yaitu untuk memenuhi
kebutuhan atau keinginan pribadi dan tujuan organisasi, dan
c. Motivasi
kerja yang diberikan kepada seseorang hanya efektif manakala di dalam diri
seseorang itu memiliki kepercayaan atau keyakinan untuk maju dan berhasil dalam
organisasi.
Dua
hal yang berkaitan dengan kinerja/performance adalah kesediaan atau motivasi
dari pegawai untuk bekerja, yang menimbulkan usaha karyawan dan kemampuan
karyawan untuk melaksanakannya. Menurut Gomez (2003:177) bahwa
kinerja/performance adalah fungsi dari motivasi dan kemampuan atau dapat
ditulis dengan rumus P= f (M x A) dimana P= performance/kinerja, m =
motivation/motivasi, a = ability/kemampuan. Kemampuan melekat dalam diri
seseorang dan merupakan bawaan sejak lahir serta diwujudkan dalam tindakannya
dalam bekerja, sedangkan motivasi adalah aspek yang sangat penting untuk
menggerakkan kreativitas dan kemampuan seseorang dalam melakukan suatu
pekerjaan, serta selalu bersemangat dalam menjalankan pekerjaan tersebut. Dari
sebagian uraian yang telah dijelaskan dapat ditarik kesimpulan bahwa para
karyawan mampu melakukan pekerjaan dan ingin mencapai hasil maksimal dalam
pekerjaannya. Perwujudan kinerja yang maksimal, dibutuhkan suatu dorongan untuk
memunculkan kemauan dan semangat kerja, yaitu dengan motivasi. Motivasi
berfungsi untuk merangsang kemampuan karyawan maka akan tercipta hasil kinerja
maksimal.
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.